Metode Pembelajaran Diskusi
A. Pengertian Metode Diskusi
Diskusi adalah aktivitas dari sekelompok siswa,
berbicara saling bertukar informasi maupun pendapat tentang sebuah topik atau
masalah, dimana setiap anak ingin mencari jawaban / penyelesaian problem dari
segala segi dan kemungkinan yang ada. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan :
1994).
Menurut Hasibun dalam bukunya Proses Belajar Mengajar (2006:10) mengatakan bahwa diskusi merupakan proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.
Metode diskusi adalah cara penyajian pembelajaran, di
mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan
atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
(Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain : 2006)
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran
dengan menugaskan peserta didik atau kelompok belajara untuk melaksanakan
percakapan ilmiah untuk mencari kebenaran dalam rangka mewujudkan tujuan
pengajaran (Karo-karo, 1998 : 25).
Menurut Djajadisastra (1983:12)
metode diskusi adalah format belajar
mengajar yang menitik beratkan kepada
interaksi antara anggota yang lain dalam suatu
kelompok guna menyelesaikan tugas belajar secara bersama. Karena itu,
guna dituntut untuk mampu melibatkan keaktifan anak
bekerjasama dan berkolaborasi dalam kelompok
Sementara itu Sudirman dkk ( 1992 : 150 ) menyatakan, “
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa dihadapkan kepada
suatu masalah yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama “.
B. Kelebihan dan kekurangan metode
diskusi
Menurut Wahab (1998), keunggulan dari metode
diskusi kelompok adalah sebagai berikut :
- memberikan kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat,
- menyebabkan pendekatan yang demokratis,
- mendorong rasa kesatuan,
- memperluas pandangan,
- menghayati kepemimpinan bersama – sama,
- membantu mengembangkan kepemimpinan,dan
- meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Secara umum kelebihan dan kekurangan metode diskusi adalah
sebaga berikut :
Kelebihan metode diskusi adalah:
- Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan – prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
- Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
- Memperluas wawasan
- Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam memecahkan
Kekurangan metode diskusi
- Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
- Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
- Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.
Untuk meminimalisir kekurangan metode ini, maka guru atau
murid sebagai pemimpin diskusi mempunyai peranan sebagai berikut :
1. Sebagai penunjuk jalan
Tugas pemimpin disini ialah memberikan pengarahan kepada
anggota tentang masalah yang akan didiskusikan (ruang lingkup diskusi).
Sehingga dengan demikian tidak timbul pertanyaan-pertanyaan yang menyimpang.
2. Sebagai pengatur lalu lintas
Bertugas mengatur jalannya diskusi agar jalannya menjadi
lancar :
- Dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada anggota kelompok tertentu.
- Menjaga agar anggota berbicara menurut giliran (tidak serentak).
- Menjaga agar diskusi tidak dikuasi oleh orang-orang tertentu yang gemar berbicara.
- Membuka kesempatan kepada orang-orang tertentu (pemalu) untuk mengungkapkan pendapatnya.
- Mengatur pembicaraan agar didengar oleh semua anggota.
3. Sebagai dinding penangkis
Disini tugas pemimpin diskusi ialah
penerima pertanyaan-pertanyaan dari anggota kemudian melemparkannya kembali
kepada anggota. Jangan sampai terjadi tanya jawab antar kelompok kecil saja.
Usahakan seluruh anggota kelompok aktif berpartisipasi.
C. Langkah-langkah penggunaan metode diskusi
Langkah-langkah penggunaan metode diskusi adalah
sebagai berikut:
- Taraf persiapan meliputi:
- Memilih dan menetapkan topic atau tema sekurang-kurangnya; mengidentifikasi masalah yang merupakan alternative untuk dipilih dan didiskusikan.
- Mengidentifikasi dan menetapkan satu atau beberapa sumber bahan bacaan atau informasi yang hendak dipelajari oleh siswa, sehingga kalau memasuki arena diskusi diharapkan telah membawa bahan pemikiran.
- Menetapkan atau menyediakan alternatif komposisi dan struktur komonikasi kelompok diskusi.
- Menetapkan atau menyediakan alternatif pemimpin diskusi pada guru atau siswa.
- Siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi memilih pimpinan diskusi(ketua, sekretaris, pelapor) mengatur tempat duduk, ruangan, dan sebagainya dengan bimbingan guru.
- Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi dapat berjalan lancar. Setiap siswa hendaknya, mengetahui secara persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi.
- Setiap kelompok harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
- Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru menyimpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok
D. Peranan Guru dalam Diskusi
Menurut Brooks & Brooks (Iim Waliman, dkk, 2001)
terdapat beberapa ciri yang menggambarkan seorang guru yang konstruktivis dalam
melaksanakan proses pembelajaran siswa, yaitu sebagai berikut.
- Guru
mendorong, menerima inisiatif dan kemandirian siswa.
- Guru
menggunakan data mentah sebagai sumber utama pada fokus
materi pembelajaran.
- Guru
memberikan tugas-tugas kepada siswa yang terarah pada pelatihankemampuan
mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan menciptakan.
- Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguraikan isi pelajaran dan
mengubah strategi belajar mengajar.
- Guru
melakukan penelusuran pemahaman siswa terhadap suatu konsep sebelum
memulai pembelajaran.
- Guru
mendorong terjadinya dialog dengan dan antar siswa.
- Guru
mendorong siswa untuk berfikir, melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka dan
mendorong siswa untuk bertanya sesama teman.
- Guru
melakukan elaborasi respon siswa siswa, baik yang sudah benar maupun yang
belum benar.
- Guru
melibatkan siswa pada pengalaman yang menimbulkan kontradiksi dengan
hipotesis siswa dan mendiskusikannya.
- Guru
memberikan waktu berfikir yang cukup bagi siswa dalam menjawab
pertanyaan
- Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba menghubungkan beberapa
hal yang dipelajari untuk meningkatkan pemahaman.
- Guru
di akhir pembelajaran memfasilitasi proses penyimpulan melalui acuan yang
benar.
Sementara itu menurut Sudirman dkk (1992 : 154)
peranan guru dalam diskusi, antara lain sebagai berikut.
- Guru
menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau
guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok atau problem
yang akan didiskusikan.
- Guru
menjelaskan tujuan diskusi.
- Guru
memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran
yang didiskusikan.
- Guru
mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak berbicara
mengeluarkan pendapat.
- Menjaga
suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat
mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
- Mengatur
giliran berbicara agar jangan siswa yang berani dan berambisi menonjolkan
diri saja yang menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
- Mengatur
agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok/problem.
- Mencatat
hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang
memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah.
- Selalu
berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa dengan
siswa.
- Bukan
lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan.
Peranan guru yang memimpin suatu diskusi lebih
sukar daripada bila ia memakai cara mengajar yang lain. Cara ini meminta
persiapan yang seksama dan bimbingan yang cakap. Guru harus mempunyai latar
belakang pengalaman dan simpanan pengetahuan agar dia bisa memimpin
sebuah diskusi secara kreatif. guru tidak mendominasi
pembicaraan, atau bahkan bisa sekedar sebagai stimulus, informan, dan motivator
dalam seluruh rangkaian kegiatan.
E. Jenis-jenis Diskusi
Terdapat bermacam pengemembangan metode diskusi,
berikut ini beberapa jenis diskusi yang dapat digunakan guru,
antara lain :
1. Buzz Group
Suatu kelas yang besar dibagi ke dalam beberapa kelompok
kecil 4 atau 5 orang. Tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga siswa saling
berhadapan untuk memudahkan pertukaran pendapat. Diskusi ini
dapat diadkan di tengah-tengah atau akhirr
2. Fish Rowt
Diskusi terdiri dari beberapa orang peserta yang
dipimpin oleh seorang ketua. Tcmpat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua
atau tiga kursi kosong menghadap peserta, seolah-olah menjaring ikan dalam
sebuah mangkuk (fish boxvli. Kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan
pikiran dapat duduk di kursi kosong tersebut. Ketua mempersilahkan berbicara
dan setelah selesai kembali ketempat semula.
3. Whole Group
Suatu kelas merupakan satu kelompok diskusi dengan
jurnlah anggota tidak lebih dari 15 anggota.
4. Syndicate group
Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang
terdiri dari 3-6 orang. Guru menjelaskan garis besar masalah dengan
aspek-aspeknya. kemudian tiap kelompok bertugas membahas suatu aspek tertentu
dan membuat kesimpuian untuk diiaporkan dalam sidang pleno serta didiskusikan
lebih lanjut.
5. Brainstorming
Merupakan suatu diskusi di mana anggota
kelompok bebas menyumbangkan ide-ide baru terhadap suatu masalah tertentu. di
bawah seorang ketua. Semua ide yang sudah masuk dicatat. untuk kemudian
diklasifikasikan menurut suatu urutan tertentu. Suatu saat mungkin ada diantara
ide baru tersebut yang dirasa menarik untuk dikembangkan.
6. Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua team yang agak sama besarnya unluk
memperdebatkan suatu bahan yang problematis, tanpa memperhatikan
peraturan diskusi panel.
7. Colloqinin
Merupukan suatu kegiatan dimana siswa’mahasiawa dihadapkan
pada nara sumber untuk mengajukan pertanyaan. selanjuinya mengandung
pertanyaan-pertanyaan tambahan dari siswa. mahasiswa yang lain. Pelajaran
dengan maksud untuk memperjelas bahan pelajaran yangtelah diterima.
8. Panel
Merupakan suatu diskusi orang-orang yang
dianggap ahli, terdiri dari 3-6 orang dan dipimpin oleh seorang moderator. Para
panelis dihadapkan pada para peserta yang hanya berfungsi sebaeai pendengar.
Maksudnya untuk memberikan stimulus kepada para peserta akan adanya
masalah-masalh yang masih dipecahkan lebih lanjut.
9. Simposium
Merupakan suatu pembahasan masalah yang bersifat lebih
formal. Pembahasan dilakukan oleh beberapa orang pembicara (sedikitnya 2 orang)
yang sebelumnya telah menyiapakan suatu prasarana dan pembicara yang lain
mengemukakan prasarana banding/sanggahan. Suatu pokok persoalan disoroti dari
beberapa aspek. yang masing-masing dibacakan oleh prasarana kemudian diikuti
sanggahan dan pandangan umiun dari para pendengar. Moderator mengkoordinasi
jalannya pembicaraan. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oieh
panitia perumus.
10. Seminar
Merupakan suatu pembahasan yang bersifat ilmiah. Suatu pokok
persoalan dibahas secara teoritis, bila perlu dibuka suatu pandangan umum.
Berdasarkan kertas kerja yang ada, peserta menjadi beberapa kelompok untuk
membahas lebih lanjut. Pimpinan kelompok sewaktu waktu menyimpulkan kerja
keiompoknya dan dari hasil-hasil kelompok disusun suatu perumusan oleh panitia
perumus.
Itulah sekilah artikel tentang metode diskusi, Semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1994. Didaktik / Metode Umum. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan,
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain, Aswan. 2006. Strategi
Belajar Mengajar, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Karo-karo, Ign. S. Ulih Bukit Dkk. 1998. Pengantar
Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta : Alda.
Sardiman, A.M. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wahab, A. Aziz. 1998. Metodologi Pengajaran IPS. Jakarta :
Karunika.
Waliman, Iim, dkk. 2001. Pengajaran Demokratis (Modul
Manajemen Berbasis Sekolah). Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat