Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perbedaan Penyakit AIDS dan HIV

Ada banyak alasan mengapa khalayak umumnya beranggapan bahwa AIDS dan HIV adalah dua hal yang sama. Salah satu yang paling memengaruhi adalah penyebutan dua kata—atau akronim—tersebut secara berbarengan, meski dipisah dengan garis miring. Tengoklah misalnya kepanjangan dari akronim ODHA, Orang Dengan HIV/AIDS, hari HIV/AIDS sedunia, waspada HIV/AIDS dan lain sebagainya. Tak heran, dua kata tersebut sering diprtukarkan dan informasi yang benar mengenai hal yang demikian masih menjadi barang mahal. Kesalahpahaman tersebut terus berlanjut seiring dengan minimnya sosialisasi mengenai penyakit ini maupun keengganan untuk mencaritahu info seputar HIV/AIDS, terkecuali bagi mereka yang berkepentingan untuk keperluan studi, penelitian atau pengobatan.

Hal yang menyamakan dua kata tersebut adalah karena keduanya merupakan nama bagi penyakit atau gangguan kesehatan yang dalam level tertentu dapat sangat mengganggu bahkan mengancam keselamtan jiwa. Selain itu, keduanya berbeda dalam banyak hal. Berikut adalah perbedaan AIDS dan HIV tersebut :

1. Definisi

HIV adalah Human Imunodeficiency Virus. Seperti yang digambarkan dalam kepanjangannya, HIV adalah menurunnya tingkat imunitas (daya tahan manusia) sehingga penderita HIV tak ubahnya magnet bagi berbagai penyakit. Tak hanya itu, menurunnya sistem kekebalan tubuh juga menyebabkan penyakit yang nantinya masuk tidak mudah bahkan tidak bisa diobati sehingga tubuh akan kehilangan daya karena digerogoti berbagai penyakit.

AIDS, di sisi lain, adalah kependekan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome. Ini menggambarkan bahwa jika HIV adalah semacam potensi atau gejala awal, maka AIDS adalah efek lanjutannya. Jika HIV sekadar merupakan virus, maka AIDS sudah menampakkan gejala-gejala virus tersebut dengan melumpuhnya daya tahan tubuh dan beragamnya penyakit yan menggerogoti. AIDS disebut sindrom karena penderitanya menderita penyakit dan infeksi secara bersamaan.

2. Cara Kerja

HIV menggerogoti tubuh dengan cara menghancurkan sel-sel darah putih yang berfungsi memerangi kuman dan penyakit serta lazim disebut Limfosit T. Ketika sel-sel tersebut sedikit demi sedikit hancur karena digerogoti oleh virus HIV, tubuh akan kehilangan daya untuk melawan kuman dan penyakit yang masuk melalui makanan, minuman, udara dan lain-lain. Jika dibandingkan dengan AIDS, maka infeksi HIV terjadi ketika virus baru membunuh Limfosit CD4 dari sistem imun tubuh.
Sementara itu, AIDS terjadi ketika virus tersebut sudah berhasil menggerogoti sel darah putih dalam jumlah yang besar dan terjadi penurunan Limfosit T yang serius (jumlah CD4 di bawah 200). Ini biasanya ditandai dengan infeksi serius yang tidak bisa disembuhkan mengingat sel darah putih bertugas menyembuhkan luka dan menjalankan tugas-tugas ‘perbaikan’ manakala ada ‘kerusakan’ dalam tubuh.

3. Gejala

Dalam sebagian besar kasus, pasien yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala-gejala mencurigakan. Ia hidup layaknya orang lain dan terserang penyakit-penyakit ringan namun bisa sembuh dalam waktu yang relatif singkat dan pengobatan ringan.
Sponsors Link

Penyakit dan gangguan kesehatan tersebut di antaranya adalah batuk produktif, keringat malam, demam menggigil, ruam kemerahan, sakit tenggorokan, nyeri sendi dan otot, penurunan berat badan, kesemutan di bagian tangan, kaki dan wajah, sariawan, depresi, kehilangan nafsu makan, mudah lelah, depresi, kebingungan hingga pembengkakan kelenjar getah bening. Kondisi ini hanya menempatkan pasien pada posisi rentan saja, akan tetapi penyakit biasanya tidak berkelanjutan ketika itu juga. Ini disebakan jumlah sel darah putih yang dirusak sistem belum terlalu banyak sehingga tubuh masih memiliki daya untuk memberi pertahanan melawan virus, bakteri atau kuman yang masuk.

Ketika pasien HIV tidak terdiagnosis dan karenanya tidak mendapat perawatan dan penanganan serius, HIV pun akan merembet menjadi AIDS di mana kekebalan tubuh yang perlahan menurun mulai menunjukkan tanda dan gejalanya. Tanda dan gejala ini bergantung dari tingkat infeksi dan atau seberapa banyak sel darah putih yang telah dilumpuhkan. Namun demikian secara umum, gejala yang tampak bagi pasien AIDS adalah gejala TBC, pneumonia, kanker, sarkoma dan infeksi penyakit lain. Gejala-gejala ini bahkan bisa tampak hingga 10 tahun setelah si pasien pertama kali terinveksi virus HIV. Namun begitu, virus HIV dapat berubah menjadi AIDS dalam jangka waktu yang cepat pada kasus-kasus tertentu semisal usia pasien yang tua, pasien dengan gizi buruk dan stress tinggi serta mereka yang menjalani pola hidup tidak sehat. Perubahan virus HIV ke penyakit AIDS memakan waktu dari 2-15 tahun.

4. Hubungan HIV dan AIDS

Setiap orang yang menderita AIDS pasti terserang virus HIV namun tidak semua pasien yang terkena virus HIV –dapat, sedang, telah dan atau akan—menderita AIDS. Ini utamanya berlaku bagi pasien yang melakukan pemeriksaan dan diganosa dini serta menjalani perawatan yang tepat. Virus HIV umumnya akan lumpuh, meski tidak seluruhnya, sehingga pasien memiliki kesempatan hidup lebih lama dan tidak sampai mencicipi penyakit AIDS.

5. Penularan

HIV dapat menulari siapapun dengan empat medium, yakni darah, cairan sperma, cairan vagina serta kandungan. Namun demikian, AIDS hanya bisa menjangkiti mereka yang terinveksi virus HIV.

Dengan pengetahuan mengenai media-media penularan tersebut, ODHA seharusnya memang tidak dikucilkan dari masyarakat sebab baik mereka memiliki virus HIV saja atau sudah terjangkit AIDS, berinteraksi dengan mereka secara sehat tidak akan menyebabkan penularan apapun. Kampanye ini sudah lama didengungkan lembaga-lembaga sosial, akan tetapi sikap antipati di masyarakat terhadap ODHA agaknya belum banyak berkurang.

6. Pengobatan

Jika Anda sering mendengar obrolan mengenai HIV/AIDS sebagai penyakit yang belum ada obatnya hingga saat ini, informasi tersebut ada benarnya, yakni hanya berlaku bagi mereka yang telah mengidap AIDS. Meskipun tindakan perawatan dan pengobatan masih bisa dilakukan dengan berbagai cara, secara khusus memang belum ditemukan obat untuk mengatasi dan mengobati penyakit tersebut. Namun demikian, virus HIV masih bisa dilumpuhkan dengan antivirus dan vaksin sehingga pemeriksaan, diagnosa serta perawatan dan pengobatan dini terhadap pasien dengan HIV menjadi begitu penting.

Hal yang tak kalah penting adalah menjaga gaya hidup sehat, setia pada pasangan serta rajin berkonsultasi kepada dokter sekaligus rajin melakukan check-up. Alternatif menggunakan alat kontrasepsi berupa kondom juga perlu dipertimbangkan bagi mereka yang mengidap HIV/AIDS agar tidak menulari pasangannya. Komunikasi dan keterusterangan yang demikian menjadi penting untuk menyelamatkan jiwa pasangan yang dicintai.